Ripple Masuk 25 Perusahaan Swasta Terbesar Dunia!

Meski awalnya terdapat rencana untuk melaksanakan penawaran umum perdana (IPO), perusahaan Ripple pada akhirnya memutuskan untuk tetap bertahan sebagai entitas swasta. Keputusan ini sebagian besar dipicu oleh kemampuan likuiditas yang sangat baik yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Pada awal tahun 2020, CEO Ripple, Brad Garlinghouse, sempat mengemukakan bahwa perusahaannya memiliki potensi untuk menjadi pelopor dalam gelombang IPO di kalangan perusahaan kripto.

Ripple bukanlah satu-satunya perusahaan dalam industri kripto yang menarik perhatian. Menurut laporan dari Liputan6.com, perusahaan blockchain ini berhasil masuk ke dalam kategori perusahaan swasta terbesar di dunia. Di peringkat tertinggi, terdapat SpaceX, yang didirikan oleh Elon Musk, dengan valuasi mencapai USD 350 miliar dan memiliki kepemilikan Bitcoin senilai USD 850 juta. Namun, penting untuk dicatat bahwa daftar ini tidak mencakup perusahaan-perusahaan keluarga besar seperti Mars Inc., Cargill, Koch Industries, dan Bosch, lantaran hanya terdiri dari perusahaan yang didukung oleh modal ventura.

Ripple berhasil menempati posisi ke-25 dalam daftar 25 perusahaan swasta terbesar dunia, dengan valuasi diperkirakan mencapai USD 15 miliar. Mengacu pada informasi yang dirilis oleh U.Today pada tanggal 4 Agustus 2025, Ripple yang berlokasi di San Francisco, Amerika Serikat, dikenal luas berkat perannya dalam pengembangan mata uang kripto XRP. Namun, pelaksanaan IPO mereka mengalami penundaan akibat dari proses hukum yang berkepanjangan dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

Menurut laporan terbaru dari CB Insights, Ripple menduduki peringkat ke-23 dalam daftar perusahaan swasta terbesar di dunia, dengan valuasi mencapai USD 15 miliar atau sekitar Rp 240 triliun berdasarkan estimasi kurs yaitu Rp 16.300 per USD. Di belakang Ripple, perusahaan-perusahaan seperti ByteDance, pemilik TikTok, serta raksasa kecerdasan buatan OpenAI, masing-masing memiliki valuasi di kisaran USD 300 miliar.

Walaupun situasi hukum yang dihadapi Ripple hampir menemui titik akhir, perusahaan ini belum menunjukkan tanda-tanda untuk segera melantai di bursa saham. Dalam wawancara terbaru, Monica Long, Presiden Ripple, menjelaskan bahwa kondisi likuiditas perusahaan saat ini sangat kuat, yang membuat mereka tidak terburu-buru untuk melakukan IPO. Keputusan ini menunjukkan bahwa Ripple lebih memilih untuk mempertahankan status sebagai perusahaan swasta yang mapan, sementara menunggu momen yang lebih tepat sebelum melangkah ke pasar publik.

Keberadaan Ripple dalam industri blockchain dan kripto tetap menjadi sorotan, terutama dengan prestasinya yang mengantarkan perusahaan ini ke dalam jajaran perusahaan swasta dengan valuasi tertinggi. Keberhasilan Ripple dalam bertahan dan berkembang meski dalam situasi yang tidak menentu menegaskan kekuatan dan daya tahan perusahaan ini dalam menghadapi berbagai tantangan di pasar yang selalu berubah.

Kesimpulannya, meskipun rencana IPO Ripple mungkin harus ditunda untuk saat ini, kekuatan likuiditas dan posisi perusahaan di pasar menunjukkan bahwa mereka memiliki pondasi yang kuat untuk masa depan. Diharapkan Ripple dapat meraih kesuksesan lebih lanjut di industri ini, serta berkontribusi pada perkembangan dunia kripto secara keseluruhan.