• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

AI Mirip Manusia: Kepercayaan Diri yang Berbahaya!

img

Sheetstowebsite.com Hai selamat membaca informasi terbaru. Dalam Waktu Ini aku mau menjelaskan berbagai manfaat dari Tekno,blog. Konten Informatif Tentang Tekno,blog AI Mirip Manusia Kepercayaan Diri yang Berbahaya Dapatkan wawasan full dengan membaca hingga akhir.

Perbandingan Kecerdasan Buatan dan Manusia dalam Pengambilan Keputusan

Dalam penelitian terbaru yang dikemukakan oleh tim peneliti, ditemukan bahwa GPT-4, salah satu model kecerdasan buatan (AI), memiliki kecenderungan yang lebih kuat untuk memilih opsi yang pasti dibandingkan dengan manusia. Penelitian ini mengungkapkan bahwa AI memberikan preferensi kepada hasil yang lebih aman dan dapat diprediksi ketika dihadapkan pada tugas yang ambigu. Ini menunjukkan bahwa AI memiliki pendekatan sistematis dalam pengambilan keputusan, yang bisa berbeda jauh dari cara manusia mengatasi situasi yang tidak jelas.

Meskipun begitu, ChatGPT, sebagai representasi dari GPT-4, menunjukkan kemampuan untuk menghindari beberapa bias kognitif yang umum terjadi pada manusia. Keberhasilan ini nampak pada kemampuannya untuk mengatasi pengabaian base-rate, di mana fakta statistik sering kali diabaikan demi informasi anekdotal atau yang spesifik. Selain itu, AI ini juga terhindar dari 'sunk-cost fallacy,' di mana pengambilan keputusan dipengaruhi oleh biaya yang telah dikeluarkan sebelumnya, sehingga informasi tidak relevan bisa mengaburkan penilaian akhir.

Dari hasil penelitian, walaupun GPT-4 dan GPT-3.5 menunjukkan konsistensi yang mengagumkan dalam penalaran, mereka tidak sepenuhnya bebas dari kelemahan yang sering ditemukan dalam pengambilan keputusan manusia. Dalam skenario-skenario tertentu, terutama yang bersifat subjektif, seperti memilih opsi berisiko untuk mendapatkan keuntungan, chatbot ini terkadang memperlihatkan preferensi yang tidak rasional. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya mempertimbangkan hasil keputusan AI dengan hati-hati ketika diterapkan dalam konteks yang subjektif.

Sebuah temuan menarik dalam penelitian ini adalah bahwa GPT-4 menunjukkan kemampuan yang lebih baik dibandingkan GPT-3.5 dalam menyelesaikan masalah matematika yang membutuhkan solusi jelas. Ini terlihat dari pengurangan jumlah kesalahan yang dibuat saat dihadapkan pada tantangan yang berbasis probabilitas dan logika. Penemuan ini menunjukkan bahwa AI digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat bantu yang memiliki karakteristik mendekati manusia dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut laporan yang dipublikasikan di jurnal Manufacturing & Service Operations Management pada tanggal 8 April 2025, penelitian ini merupakan langkah awal dalam mengevaluasi bagaimana ChatGPT berinteraksi dengan 18 bias kognitif yang umum. Chen, seorang peneliti utama dalam studi ini, menjelaskan bahwa AI seperti Generative Pre-trained Transformers (GPT) dapat menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan yang akurat, asalkan kita tetap menggunakan pikiran kritis dalam proses tersebut. Tanpa nadanya, risiko yang muncul adalah otomatisasi pemikiran yang cacat, bukan justru perbaikan dari proses tersebut.

Dari hasil evaluasi, ditemukan bahwa dalam hampir separuh skenario yang diuji, ChatGPT menunjukkan berbagai bias keputusan yang juga ditemukan dalam psikologi manusia. Oleh karena itu, ketika keputusan yang diambil oleh AI berbasis input subjektif atau strategis, kehadiran pengawasan manusia menjadi semakin penting. Meskipun cara berpikir AI dan manusia sangat berbeda, fakta bahwa AI terkadang membuat keputusan yang tidak rasional layaknya manusia menjadi hal yang patut diperhatikan.

Studi tersebut mencakup analisis terhadap bias-bias terkenal dalam psikologi, seperti penghindaran risiko, kepercayaan berlebihan, dan efek kepemilikan. Para ilmuwan melakukan berbagai pengujian, termasuk pertanyaan hipotetis dalam konteks bisnis nyata, guna menentukan seberapa baik AI beradaptasi dalam situasi-situasi ini. Yang lebih mengejutkan adalah stabilitas perilaku chatbot, tak peduli apakah pertanyaan diajukan dalam konteks umum atau sebagai bagian dari proses bisnis operasional.

Kesimpulan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa bias yang ditunjukkan oleh AI bukan hanya hasil dari contoh-contoh yang dihafal, tetapi juga merupakan bagian dari cara mereka bernalar. Seperti dijelaskan oleh Yang Chen, ketua penelitian, para manajer bisa mengambil keuntungan besar dengan memanfaatkan AI untuk masalah yang memiliki solusi yang jelas dan terdefinisi. Selain itu, penting untuk terus mempertanyakan apakah AI, seperti GPT-4, akan mempertahankan biasnya ketika dihadapkan pada pertanyaan dari berbagai domain bisnis.

Dari penemuan ini, para penulis penelitian mendorong perlunya pengawasan etis dalam penggunaan AI dalam pengambilan keputusan. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang bias kognitif yang mungkin ada, penting untuk mengarahkan penggunaan AI dengan hati-hati, agar tidak menambah cacat dalam proses berpikir kita, tetapi justru meningkatkan kualitas keputusan yang diambil.

Terima kasih telah membaca tuntas pembahasan ai mirip manusia kepercayaan diri yang berbahaya dalam tekno,blog ini Mudah-mudahan Anda mendapatkan manfaat dari artikel ini tetap fokus pada impian dan jaga kesehatan jantung. Ayo sebar informasi baik ini kepada semua. Terima kasih

Special Ads
© Copyright 2024 - ✅ SheetstoWebsite.com - Website + Hosting Unlimited & Lifetime, Tanpa Perpanjangan!
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads