Remaja Kanada Ditangkap Akibat Curi Bitcoin Rp 600 Miliar
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5027995/original/012021400_1732861121-fotor-ai-20241129131659.jpg)
- 1.1. Jakarta, 4 Agustus 2025
Table of Contents
Jakarta, 4 Agustus 2025 - Dalam dunia cryptocurrency yang terus berkembang, kejahatan siber semakin mengkhawatirkan. Kejadian terbaru yang mencuri perhatian publik adalah kasus seorang remaja Kanada yang dihukum dengan penjara setelah terlibat dalam pencurian Bitcoin senilai USD 37 juta, atau sekitar Rp 600 miliar. Tindakan kriminal ini melibatkan serangkaian peretasan media sosial dan kejahatan yang berlangsung sejak tahun 2020.
Dikenal sebagai salah satu pelaku yang cerdik, remaja tersebut, yang diidentifikasi sebagai Redman, berhasil memanfaatkan kelemahan dalam sistem keamanan untuk mencuri dompet kripto milik korban. Dengan melewati verifikasi dua langkah, ia berhasil mengakses dompet tersebut dan memulai rencana besar pencurian yang melibatkan penyebaran dana ke dalam ratusan transaksi kecil. Tujuannya adalah untuk mencuci uang curian tersebut melalui sejumlah bursa kripto terpusat agar tidak mudah terdeteksi oleh pihak berwenang.
Aksi Redman tidak hanya terbatas pada pencurian Bitcoin. Ia juga berhasil meretas lebih dari sepuluh akun media sosial di platform X (dulu dikenal sebagai Twitter). Beberapa akun yang terkena dampak termasuk milik tokoh terkenal di dunia NFT seperti Beeple, DeeKay, dan Zeneca. Setelah berhasil mencuri uang tersebut, ia menyalurkan dana melalui Tornado Cash dan mengirimnya ke akun Stake yang dimilikinya.
Meski pihak berwenang berhasil menyita sekitar USD 5,4 juta dari keseluruhan dana yang dicuri, lebih dari USD 31,5 juta masih belum dapat dilacak hingga saat ini. Redman, yang saat penangkapannya masih di bawah umur, sempat menjadi sorotan karena identitas dan fotonya dirahasiakan untuk melindungi privasinya. Namun, ahli blockchain ternama, ZachXBT, berpendapat bahwa tindakan melindungi pelaku semacam ini bisa berisiko, karena memberi peluang bagi mereka untuk mengulangi kejahatan di masa depan.
Seiring dengan banyaknya kejadian kriminal yang melibatkan SIM swap dan phishing, laporan dari Keepnet Labs menunjukkan adanya lonjakan 1.055% dalam kasus SIM swap di Inggris pada tahun 2024. Sementara itu, hasil survei State of Crypto Scams 2025 dari Elliptic mengungkap bahwa metode phishing dan rekayasa sosial adalah favorit para penjahat siber, termasuk kelompok terkenal seperti Lazarus Group dari Korea Utara, yang kini mendapatkan bantuan dari teknologi kecerdasan buatan (AI).
Dalam konteks ini, ZachXBT menyampaikan bahwa ancaman serangan terhadap akun X masih berlangsung, dan kasus Redman menjadi pengingat bahwa kejahatan siber terus berkembang. Dia menekankan pentingnya meningkatkan perlindungan bagi pengguna dan menerapkan regulasi yang lebih ketat serta transparansi terhadap pelaku kejahatan yang telah mendapatkan hukuman.
Dalam situasi seperti ini, diharapkan pihak berwenang dapat segera mengambil langkah yang lebih proaktif untuk memerangi kejahatan siber. Masyarakat juga perlu lebih berhati-hati dan memperhatikan tata cara keamanan dalam transaksi kripto serta penggunaan media sosial, agar terhindar dari menjadi korban kejahatan yang semakin canggih dan berbahaya.
Dengan meningkatnya kejahatan di jagat digital, penting untuk menyadari bahwa hanya dengan kerjasama antara individu, lembaga, dan regulator dapat membangun ekosistem kripto yang lebih aman dan terpercaya.
✦ Tanya AI