• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Usaha Gagal Meta Hindari Sidang Antitrust Rp 7,4 T

img

Sheetstowebsite.com Assalamualaikum semoga kalian dalam perlindungan tuhan yang esa. Pada Kesempatan Ini mari kita telaah Tekno,blog yang banyak diperbincangkan. Informasi Mendalam Seputar Tekno,blog Usaha Gagal Meta Hindari Sidang Antitrust Rp 74 T Ayok lanjutkan membaca untuk informasi menyeluruh.

    Table of Contents

Menurut laporan dari New York Post pada Selasa, 13 Mei 2025, CEO Meta, Mark Zuckerberg, dikabarkan mencoba menghindari proses persidangan dengan menawarkan penyelesaian sebesar USD 450 juta yang setara dengan sekitar Rp 7,4 triliun. Zuckerberg juga mengonfirmasi bahwa salah satu alasan di balik akuisisi Instagram oleh Facebook adalah keunggulan fitur kamera yang dimiliki oleh Instagram pada tahun 2012. Ia menyebut bahwa langkah tersebut bertujuan untuk menetralisir pesaing.

Dalam kesaksiannya yang dikutip dari Vanity Fair pada tanggal yang sama, Mark Zuckerberg menjelaskan bahwa Meta kini telah berkembang menjadi lebih dari sekadar platform untuk terhubung dan berbagi dengan teman maupun keluarga. Ada kemungkinan kita akan dipaksa untuk memisahkan Instagram dan mungkin WhatsApp dalam 5–10 tahun ke depan, tulis Zuckerberg dalam dokumen resmi yang dipaparkannya.

Tidak lama sebelum persidangan antitrust dimulai, Zuckerberg membuat tawaran yang mengejutkan, yaitu uang damai senilai Rp 7,4 triliun kepada FTC, namun tawaran tersebut ditolak. CEO Facebook ini kemudian memberikan keterangan di depan Parlemen Eropa yang berlokasi di Brussel, Belgia, pada Selasa, 22 Mei, terkait skandal kebocoran data yang melibatkan Facebook.

Selama persidangan, FTC memaparkan berbagai bukti, termasuk email dan pesan lama dari Zuckerberg yang menunjukkan upayanya untuk mengakuisisi Snapchat dengan tawaran menakjubkan senilai USD 6 miliar, yang kira-kira setara dengan Rp 99 triliun. Zuckerberg bahkan menambah tawaran damainya mendekati angka USD 1 miliar (sekitar Rp 16,5 triliun). Dalam kesaksiannya pada persidangan yang terkait dengan antimonopoli melawan FTC, ia menyatakan bahwa era media sosial tradisional telah berakhir.

Meski demikian, FTC tetap berpegang pada tuntutan minimum senilai USD 18 miliar (sekitar Rp 297 triliun), ditambah dengan adanya kesepakatan hukum yang dapat membatasi praktik monopoli Meta. Mayoritas pengalaman pengguna kini lebih berfokus pada eksplorasi minat mereka, hiburan, serta konten-konten yang relevan, ungkap Mark, yang dilaporkan oleh Reuters.

Melihat kembali ke belakang, menarik untuk dicatat bahwa kasus antitrust ini bukan hanya berisi isu-isu hukum, tetapi juga melibatkan drama di balik layar sebelum proses persidangan dimulai. Negosiasi antara Meta dan FTC akhirnya gagal, dan kasus ini berlanjut ke pengadilan. Dalam dokumen internal yang terungkap dari tahun 2018, Zuckerberg mengakui adanya kekhawatiran bahwa Meta mungkin terpaksa memisahkan Instagram dan WhatsApp akibat tekanan antitrust.

Dalam analisis dari data pengguna, ia menjelaskan bahwa pengguna Facebook hanya mengonsumsi 20 persen konten dari teman-teman mereka, sementara di Instagram, angka tersebut hanya 10 persen. FTC tetap bersikeras untuk menuntut sekitar Rp 297 triliun ditambah larangan untuk praktik monopoli. Zuckerberg menyatakan bahwa Meta telah berevolusi menjadi platform penelusuran dan hiburan yang lebih luas. Ia menegaskan bahwa fokus Meta tidak lagi hanya pada hubungan pribadi atau media sosial di masa lalu.

Berdasarkan data yang ada, algoritma di platform Meta kini lebih sering menampilkan konten dari kreator dan akun asing, ketimbang konten dari teman-teman pengguna sendiri. Pernyataan ini sekaligus menanggapi tudingan dari FTC yang menyatakan bahwa Meta telah memonopoli pasar platform sosial lewat akuisisi Instagram dan WhatsApp.

Dengan perkembangan terbaru ini, dunia digital tampaknya semakin rumit dan penuh tantangan bagi raksasa teknologi seperti Meta. Kita patut mengikuti bagaimana perkembangan kasus ini akan memengaruhi industri media sosial secara keseluruhan dan apakah Meta akan mampu menjaga posisinya di pasar yang semakin kompetitif ini.

Selesai sudah pembahasan usaha gagal meta hindari sidang antitrust rp 74 t yang saya tuangkan dalam tekno,blog Terima kasih atas kepercayaan Anda pada artikel ini cari inspirasi positif dan jaga kebugaran. Jika kamu suka silakan lihat artikel lain di bawah ini.

Special Ads
© Copyright 2024 - ✅ SheetstoWebsite.com - Website + Hosting Unlimited & Lifetime, Tanpa Perpanjangan!
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads